Friday, October 02, 2009

PERANAN TPT DI INDONESIA

JAKARTA, SENIN — Pemerintah optimistis total ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) 2009 mampu mencapai 8 miliar dollar AS. "Ekspor tekstil kita 2008 mencapai 10,83 miliar dollar AS. Tahun ini berkurang berapa kita belum tahu, kalau toh berkurang tidak sampai 8 miliar dollar AS," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris pada pembukaan seminar "Indonesia Jepang Economic Partnership Agreement" (IJEPA) Textile and Apparel Industry di Jakarta, Senin (23/2).

Menperin mengatakan, di tengah kondisi krisis finansial global ini industri TPT makin menemui tantangan besar. Berkurangnya permintaan, terbatasnya modal kerja, produksi yang menurun akibat penggunaan mesin-mesin tua, dan PHK yang tak terhindar menjadi kendala bagi TPT.
Namun, di beberapa negara maju bagaimana pun, menurut Menperin, permintaan produk tekstil seperti pakaian jadi tetap ada. "Sehingga dengan Jepang pun kita tetap optimis walau dengan jumlah yang berbeda," ujarnya.
Ia menegaskan pada 2008 lalu industri ini mampu menyerap total 10,28 juta tenaga kerja.
Terkait adanya pengalihan pangsa pasar ekspor TPT, Menperin menegaskan, langkah tersebut telah dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan penetrasi pasar di negara-negara Timur Tengah. "Sebentar lagi kita lakukan eksibisi TPT di sana," katanya.
Menperin juga mengatakan, hubungan antara Indonesia-Jepang bukan sekadar bisnis belaka. Pertemuan dalam bentuk seminar pertekstilan dengan Jepang juga menyangkut perkembangan teknologi dan teknis industri terkait. "Diharapkan ini dapat meningkatkan implementasi dari IJEPA, terutama dalam industri TPT," katanya.
Jepang terkenal memiliki karakter pasar tekstil dengan selera tinggi dan perubahan mode yang sangat cepat. Karena itu, penjajakan pasar dan tukar informasi menjadi hal penting agar produk Indonesia dapat masuk ke pasar Jepang dengan desain, jumlah, dan mutu produk yang tepat. "Dengan seminar ini kita harus bisa tahu selera pasar tekstil di Jepang karena selain berbicara soal komersial di sini juga akan dibicarakan mengenai teknis produk," tambah Fahmi










BANDUNG, SENIN — Memasuki tahun 2009, sedikitnya 20 industri di Jawa Barat yang bergerak di sektor tekstil serta produk tekstil, elektronik, dan alas kaki terpaksa gulung tikar karena tidak mampu membiayai operasional industri pada saat pesanan produk menyusut.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar Dedy Wijaya, Minggu (1/2), jumlah perusahaan yang gulung tikar diperkirakan terus meningkat, terutama pada kuartal pertama dan kedua tahun ini.
”Kalau pemerintah tidak segera mengantisipasi, jumlah perusahaan yang kolaps akan terus bertambah. Perlu ada langkah nyata untuk mengatasi masalah ini sehingga angka jatuhnya industri yang berujung pada pemutusan hubungan kerja bisa ditekan,” kata Dedy.
Krisis ekonomi global, kata Dedy, sangat berpengaruh terhadap dunia industri. Pengusaha pun berupaya mengatasi hal itu dengan berbagai cara, di antaranya dengan merumahkan sebagian karyawan, mengurangi shift jam kerja, dan mengurangi produksi. Bahkan, hingga kini jumlah buruh yang telah dirumahkan mencapai puluhan ribu orang.
Buruh kontrak yang masa kontraknya telah kedaluwarsa menjadi pekerja yang paling merasakan pukulan dari krisis kali ini. Ribuan buruh kontrak tidak mendapatkan perpanjangan kontrak karena perusahaan harus menekan biaya produksi. Berdasarkan catatan Apindo Jabar, sejak April 2008 hingga awal Januari 2009 sebanyak 27.000 buruh di Jabar telah di-PHK.
Langkah antisipasi
Ketua Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat Indonesia Agus Gumilar mengatakan, dampak resesi ekonomi global membuat pasar ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa anjlok.
Sebagai langkah antisipasi, sebagian besar industri di kawasan berikat mulai mengurangi produksinya hingga 25 persen. Bahkan, ada industri yang terpaksa tutup karena tidak ada order.
Manajer Ekspor-Impor PT Dewhirst, perusahaan pengekspor produk Marks and Spencer, Ade R Sudrajat, mengatakan, daripada merumahkan karyawan dan mengurangi produksi, pihaknya memilih menurunkan harga jual sebesar 5-10 persen agar permintaan tetap stabil. Dengan cara tersebut, perusahaannya dapat mempertahankan produksi di angka 200.000 pieces per minggu.
Untuk mempertahankan roda perekonomian dalam negeri, Dedy mendesak pemerintah melakukan langkah-langkah nyata pengamanan pasar dalam negeri. Menurut dia, sejumlah pintu masuk, seperti Pelabuhan Bagan Siapi-api, Belawan, dan Tanjung Priok, harus dijaga ketat agar barang impor yang masuk ke Indonesia bisa ditekan.
Secara terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar Mustopa Djamaludin mengaku, pihaknya belum menerima laporan rinci mengenai jumlah konkret tenaga kerja yang telah terkena PHK. Kendati demikian, ia tidak memungkiri adanya perusahaan yang telah merumahkan sebagian pekerjanya.


JAKARTA, MINGGU - Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat (AS) turut dirasakan dampaknya oleh Indonesia karena menurunnya jumlah pesanan ekspor akibat volume perdagangan dunia yang menciut.
Salah satu sektor industri yang lebih dulu terkena dampaknya adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang selama ini melayani pesanan ekspor ke AS dan Eropa.
Bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hiruk- pikuk kampanye yang sudah dimulai oleh para partai politik (parpol) menjelang Pemilu 2009 merupakan berkah tersendiri untuk menghadapi dampak krisis keuangan global, terutama di sektor tekstil.
"Para ketua partai politik, lebih banyak lagi pesan kaos, lebih banyak lagi pesan spanduk," ujar Presiden di sela-sela pidatonya dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) V Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Balai Sidang Jakarta Jakarta , Minggu (21/12).
Menurut Presiden, industri tekstil yang terpukul oleh menurunnya jumlah permintaan pesanan akibat krisis keuangan global dapat kembali bergairah karena kegiatan kampanye yang mulai "memanas".

Pesanan dari luar negeri yang hilang dapat diimbangi oleh melonjaknya pesanan kaos dan spanduk yang menjadi atribut kampanye parpol peserta Pemilu 2009.
Menjelang Pemilu Legislatif 2009, saat ini para calon legislatif dari berbagai parpol peserta Pemilu 2009 aktif "memajang diri" melalui spanduk-spanduk yang terbentang di ruang publik.
Selain itu, banyak pula calon legislatif yang mencetak kaos bergambar foto dirinya sebagai media berkampanye.

baca selengkapnya!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home