Friday, October 02, 2009

PERANAN KOMPUTER BAGI MANUSIA

Berdasarkan bahan bacaan “Life on The Screen”, anak-anak memandang komputer berdasarkan aspek psikologis (state of mind). Karena separangkat komputer bersifat responsif terhadap keinginan manusia, maka pastinya alat tersebut memiliki pikiran. Akan tetapi anak juga dapat membedakan aspek terpenting dari komputer sebagai teknologi, yakni kesadaran (consciousness) tidaklah sama dengan hidup (alive). Sesuatu dinyatakan hidup apabila mampu bernafas, tumbuh, dan merasakan. Sedangkan kesadaran dikarenakan komputer mampu memberikan tanggapan, memutar lagu atau bahkan melakukan hitungan matematika. Para ahli kemudian mengembangkan kemampuan komputer yang tadinya berfungsi sebagai alat bantu hingga kemudian menjadi target komunikasi manusia. Artificial Intelligence (AI) merupakan kecerdasan buatan yang diciptakan dan dimasukkan ke dalam sebuah (program) mesin.

Munculnya program komputer bernama Julia yang mampu berinteraksi layaknya manusia sungguhan diiringi dengan DEPRESSION 2.0 dan terakhir ELIZA yang diciptakan oleh Joseph Weizenbaum kerap menjadi topik perdebatan khalayak akan kemampuannya sebagai program komputer psikoterapi. Ketika program-program tersebut beralih fungsi sebagai figur sosial, inilah yang disebut dengan Interface Value. Walaupun terkesan aneh dan banyak orang yang kontra dengan komputer sebagai ‘makhluk sosial’, namun ternyata program-program di atas mampu menawarkan rasa nyaman hingga tidak sedikit penggunanya di seluruh dunia. Mesin-mesin intelijen inilah yang dulu sempat disalahpersepsikan mampu menguasai segala aspek kehidupan manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman yang diwarnai dengan serangkaian perdebatan, muncul generasi Emergent AI yang berusaha mempertipis batasan antara manusia dan mesin untuk mempermudah mengasosiasikan mesin sebagai ‘saudara’ dari manusia. Pada dasarnya, para peneliti Emergent AI berupaya menetapkan persamaan antara manusia dan mesin dengan menganalogikan keduanya sebagai ‘nondeterministic’, spontan dan tidak terprogram. Akan tetapi, pandangan awal bahwa komputer hanya memiliki consciousness (kesadaran) tidak mudah dielak karena manusia sudah pasti memiliki sifat-sifat yang lebih unggul. Disebutkan pada bahan bacaan mengenai perbedaan utama mesin dengan manusia: (1) Mesin bisa saja berpikir, namun manusia memiliki perasaan, (2) Komputer memang sangat cerdas, tetapi manusia jauh lebih spesial karena mereka adalah makhluk hidup. Bahkan karena manusialah yang menciptakan mesin, maka tidaklah mungkin pencipta dan karyanya disamakan.
Ketika AI bergerak satu langkah ke depan, muncullah Artificial Life yang menurut Marvin Minsky merupakan penciptaan organisme dan sistem yang dianggap hidup apabila ditemukan dalam suatu lingkungan tertentu. Contoh nyata mengenai Artificial Life adalah permainan komputer SimLife. Terdapat setidaknya empat karakteristik yang harus ditunjukkan oleh organisme-organisme Artificial Life:
1. Mereka harus mampu memperlihatkan evolusi berdasarkan seleksi alam.
2. Mereka harus memiliki program genetik, yakni untuk operasionalisasi dan reproduksi.
3. Mereka harus menunjukkan tingkat kompleksitas yang tinggi, dalam artian ketika sebuah interaksi terjadi, maka hasil dari interaksi tersebut haruslah tidak dapat diprediksi hasilnya. Karena hanya dengan kompleksitas maka sifat dan perilaku organisme akan terlihat.
4. Pengorganisasian diri.
Kini yang menarik perhatian saya adalah bagaimana kelanjutan dari AI dan AL yang tidak hanya berkembang dalam batasan struktur sebuah komputer. Apabila program-program demikian didukung oleh bentuk fisik yang nyata, seperti pada robot, seberapa besarkah dampak yang mungkin muncul di masyarakat? Akankah kita terdorong untuk lebih mempercayai mesin dan komputer sebagai teknologi yang ‘manusiawi’? Belum lagi di sebuah blog bertajuk Cinta Mausia dan Robot (http://jingleoflife.blogspot.com/2007/10/cinta-manusia-dan-robot.html) sempat dibahas tentang kemungkinan manusia di masa mendatang untuk melakukan hubungan intim dengan robot. Sejenak saya sempat berpikir bahwa hal itu terlalu jauh di luar jangkauan manusia, namun lagi-lagi pembahasan dalam bahan bacaan menunjukkan adanya kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Ketika manusia mulai melihat komputer (mesin) tidak hanya secara psikologis, dan perkembangan teknologi tidak akan pernah berhenti, robot bisa saja menjadi teman hidup manusia.


baca selengkapnya!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home